Aspek Fisis Mata dan Penglihatan - Makalah Biofisik

untuk mendownload makalah ini, klik disini

MAKALAH BIOFISIKA

ASPEK FISIS MATA DAN PENGLIHATAN

DI SUSUN OLEH:

Kelompok 6

1. Fauziyah Almunazar (19034009)

2. Fu’ad Sofaturrohman (19034011)

3. Misdayanti (1712142007)


Dosen Pembimbing:

Dr. RATNAWULAN, M.Si


JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNVERSITAS NEGERI PADANG

2020


1. TEORI TENTANG SISTEM PENGLIHATAN


Sistem penglihatan adalah bagian dari sistem indra yang membuat organisme mampu melihat. Sistem penglihatan menafsirkan informasi dari cahaya untuk mendirikan representasi dunia di sekeliling tubuh.

Struktur anatomi mata :

• Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata berupa selubung berserabut putih dan relatif kuat.
• Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar sklera.
• Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya. Memiliki diameter sekitar 12 mm dan jari-jari kelengkungan sekitar 8 mm.
• Lapisan koroid : lapisan tipis di dalam sklera yang berisi pembuluh darah dan suatu bahan pigmen, tidak menutupi kornea.
• Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.
• Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.
• Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.
• Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata, berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak. Retina terbagi menjadi 10 lapisan dan memiliki reseptor cahaya aktif yaitu sel batang dan sel kerucut pada lapisan ke-9.
• Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke otak.
• Bintik buta : cakram optik yang merupakan bagian fovea dekat hidung, merupakan tempat percabangan serat saraf dan pembuluh darah ke retina, tidak mengandung sel batang ataupun kerucut, terletak pada region sekitar 13̊ – 18̊.
• Humor aqueous : cairan jernih dan encer yang mengalir di antara lensa dan kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.
• Humor vitreous : gel transparan / cairan kental yang terdiri dari bahan berbentuk serabut, terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen posterior mata).



RETINA SEBAGAI DETEKTOR CAHAYA

Retina mengubah bayangan cahaya menjadi impuls listrik saraf yang dikirim ke otak. Penyerapan suatu foton cahaya oleh sebuah fotoreseptor menimbulkan suatu reaksi fotokimia di fotoreseptor yang melalui suatu cara akan memicu timbulnya sinyal listrik ke otak, yang disebut suatu potensial aksi. Foton harus di atas energy minimum untuk dapat menimbulkan reaksi.

Ada 2 tipe umum reseptor cahaya di retina, yaitu :

a. Sel Kerucut
– Jumlahnya sekitar 6,5 juta di masing-masing mata.
– Digunakan untuk penglihatan siang hari (fotopik).
– Berguna untuk melihat detail halus dan mengenali beragam warna.
– Tersebar di seluruh retina, terutama di fovea sentralis.
– Memiliki sensitivitas maksimum di panjang gelombang sekitar 550 nm pada region kuning-hijau.

b. Sel Batang
– Jumlahnya sekitar 120 juta di masing-masing mata.
– Digunakan untuk penglihatan malam hari (skotopik).
– Berguna untuk penglihatan perifer.
– Tidak tersebar merata di retina namun memiliki kepadatan maksimum di sudut sekitar 20̊.
– Memiliki sensitivitas maksimum di panjang gelombang sekitar 510 nm pada region biru-hijau.

PEMBEDAAN WARNA


Penglihatan warna terjadi melalui dua tingkatan proses, yaitu pada tingkat reseptor sesuai dengan teori triwarna, sedangkan pada saraf optik dan di luarnya sesuai dengan teori antagonis. Teori triwarna menganggap bahwa pada retina terdapat 3 macam pigmen yang mempunyai penyerapan maksimum terhadap warna biru, hijau, dan merah pada spectrum. Pigmen-pigmen ini terdapat pada reseptor secara terpisah yang masing-masing mengirimkan impuls-impuls yang dapat dibedakan ke otak. Teori antagonis menganggap bahwa retina mempunyai aktivitas yang lebih kompleks. Ada 6 macam tanggapan retina yang terjadi dalam bentuk pasangan antagonistik. Rangsangan yang menghasilkan setiap tanggapan tunggal dapat menekan kegiatan anggota pasangan lain.

Ukuran saraf batang dan kerucut yang begitu kecilnya, jika dikombinasikan dengan indeks bias relatifnya yang tinggi menunjukkan bahwa mereka dapat bertindak sebagai pemandu gelombang optik, yang secara selektif mentransmisikan energi hanya di dalam suatu pita gelombang karakteristik sempit bagi saraf batang atau kerucut. Secara teoritis, energi cahaya dalam suatu pemandu yang berupa serat ditransmisikan dalam bermacam ragam yang karakteristik, artinya, ada selektivitas warna dalam retina.

KEPEKAAN DAN KETAJAMAN MATA


Ada tiga macam ukuran kepekaan / ketajaman mata, yaitu :

a. Ambang kuantum
Ambang kuantum merupakan jumlah minimum foton yang diperlukan untuk merangsang sebuah tanggapan sensor. Ambang kuantum ini berperan untuk menentukan ketajaman penglihatan seseorang di tempat gelap – seseorang dengan ambang kuantum yang baik, akan memiliki penglihatan yang lebih baik di tempat gelap, artinya dengan sedikit foton saja sudah mampu mengaktifkan sensor optikus (sel batang dan kerucut).

b. Ambang penerangan
Ambang penerangan merupakan ukuran kepekaan relatif mata terhadap cahaya dengan aneka macam panjang gelombang. Penglihatan untuk adaptasi gelap disebut skotopik dan terang disebut fotopik.

c. Ketajaman
Ketajaman yang dimaksud merupakan ukuran ketajaman penglihatan dan diukur dengan pemisahan sudut minimum terhadap dua buah objek dan bukan satu. Batas terendah teoritis untuk resolusi dua buah titik cahaya adalah sebesar 0,1 mrad, sedangkan pada kenyataannya, dengan penglihatan paling tajam dan kondisi yang optimum manusia dapat memisahkan sudut pemisahan sekitar 0,2 mrad.



2. PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA MATA

Mata merupakan alat indra yang penting bagi tubuh. Melalui mata seorang manusia dapat melihat. Proses melihat benda yang dilakukan oleh mata dapat dianalisa secara fisika dalam bidang ilmu optik. Indra penglihatan terdiri dari tiga komponen utama: (1) mata yang memfokuskan bayangan dari dunia luar ke retina peka-cahaya, (2) sistem jutaan saraf yang menyalurkan informasi jauh ke dalam otak dan (3) koreks penglihatan, bagian dari otak tempatsemua dipadukan. Fisika berperan pada ketiganya, tetapi fisika bagian pertama jauh lebih dipahami daripada fisika dua bagian yang terakhir.

Dengan melakukan pendekatan fisika optik dapat ditentukan bagaimana posisi jatuhnya bayangan pada retina mata, dan berikut kelainan-kelainan yang terjadi pada mata sehingga dapat ditentukan lensa yang sesuai. Pada mata normal bayangan akan jatuh tepat pada retina mata. Untuk penderita rabun jauh bayangan jatuh di belakang retina sehingga untuk membantu melihat normal harus dibantu dengan lensa positif. Sedangkan untuk penderita rabun dekat, bayangan jatuh di depan retina, sehingga harus dibantu dengan lensa negatif.

Agar bayangan benda diterima retina dengan jelas, mata harus membiaskan sinar yang datang dari benda. Berdasarkan urutan bagian mata, sinar dari benda akan melewati medium yang mempunyai indeks bias (n) berbeda. Medium tersebut adalah udara (n = 1,00), kornea (n = 1,38), aqueous humour (n = 1,33), lensa mata (n = 1,40), dan vitreous humour (n = 1,34). Proses jalannya sinar hingga terbentuk bayangan pada mata dapat kalian lihat pada berikut ini.



Berdasarkan gambar di atas, jalannya sinar cahaya pada mata manusia antara lain sebagai berikut.

■ Cahaya yang dipantulkan oleh benda ditangkap oleh mata, menembus kornea mata dan cairan aqueous humor dan dibiaskan melalui pupil.

■ Intensitas cahaya yang telah diatur oleh pupil diteruskan menembus lensa mata dan cairan vetreous humor.

■ Daya akomodasi pada lensa mata mengatur cahaya supaya jatuh di retina tepatnya di bagian bintik kuning.

■ Pada bintik kuning, cahaya diterima oleh sel reseptor yaitu sel kerucut dan sel batang, kemudian disampaikan ke otak melalui saraf optik.

■ Cahaya yang disampaikan ke otak akan diterjemahkan oleh otak sehingga kita bisa mengetahui apa yang kita lihat.


Pembentukan Bayangan Benda pada Mata Normal

Pada mata normal, bayangan benda akan jatuh tepat pada retina mata. Impuls datang berupa cahaya yang masuk ke mata melalui kornea. Berkas cahaya kemudian akan diteruskan ke pupil mata yang lebarnya pupil diatur oleh iris (intensitas cahaya diatur oleh iris). Selanjutnya cahaya akan dibiaskan oleh lensa mata sehingga terbentuk bayangan pada retina yang bersifat nyata, terbalik, dan diperkecil.

Bayangan benda pada retina kemudian akan diteruskan ke sel batang dan kerucut dalam bentuk sinyal cahaya melalui saraf optik menuju ke otak. Otak kemudian mengubah kesan bayangan tersebut sehingga kita melihat benda seperti aslinya.



Kemampuan lensa mata untuk menebal dan memipih disebut akomodasi mata. Lensa mata akan menebal jika digunakan untuk melihat benda – benda yang jaraknya dekat. Sebaliknya, lensa mata akan memipih jika digunakan untuk melihat benda – benda yang letaknya jauh. Kemampuan lensa mata memiliki batas tertentu.

Mata normal mampu melihat dengan jelas untuk benda dengan jarak terdekat sama dengan 25 cm. Titik ini (jarak terdekat) disebut Punctum Proximum (PP). Sedangkan jarak terjauh yang masih dapat dilihat dengan jelas oleh mata normal adalah tak terhingga. Titik terjauh yang dapat dilihat oleh mata disebut Punctum Remotum (PR).


Pembentukan Bayangan pada Cacat Mata

Seseorang bisa memiliki batas penglihatan seseorang di luar batas penglihatan mata normal (mengalami cacat mata). Kondisi ini dapat terjadi karena beberapa hal seperti berkurangnya daya akomodasi mata dan kelainan bentuk bola mata.

Pada penderita cacat mata, bayangan benda tidak tepat jatuh pada retina sehingga terlihat kabur. Seseorang dengan pandangan kabur dapat melihat dengan jelas melalui bantuan lensa.Penggunaan lensa ini memiliki tujuan agar bayangan benda pada penderita cacat mata dapat terbentuk sesuai pada mata normal.



Jenis lensa yang digunakan perlu disesuaikan dengan gangguan penglihatan yang dialami. Bagaimanakah pembentukan bayangan pada penderita cacat mata? Cari tahu melalui ulasan di bawah.
Bayangan pada Penderita Miopi (Rabun Jauh)

Penderita rabun jauh atau miopi tidak dapat melihat benda yang letaknya terlalu jauh secara jelas. Hal ini dikarenakan bayangan benda pada penderita rabun jauh jatuh di depan retina. Penyebabnya adalah lensa mata pada penderita miopi terlalu cembung sehingga tidak dapat memfokuskan bayangan benda secara tepat.

Agar penderita rabun jauh dapat melihat dengan normal dapat menggunakan kacamata dengan lensa cekung atau negatif.




Bayangan pada Penderita Hipermetropi (Rabun Dekat)

Apa yang dirasakan penderita rabun dekat berkebalikan dengan rabun jauh. Penderita rabun dekat atau hipermetropi tidak dapat melihat benda yang letaknya terlalu dekat secara jelas. Kondisi ini dikarenakan bayangan benda pada penderita rabun dekat jatuh di belakang retina. Penyebab rabun dekat adalah lensa mata yang terlalu memipih sehingga tidak dapat memfokuskan bayangan benda secara tepat.

Penderita rabun dekat dapat melihat dengan normal dengan bantuan kacamata lensa cembung atau positif.






Penglihatan yang kurang baik tidak hanya disebabkan seperti pada dua cacat mata seperti yang sudah disebutkan di atas. Contoh cacat mata lainnya adalah presbiopi (cacat mata tua), dan astigmatism. Penderita presbiopi dapat ditolong dengan menggunakan kacamata berlensa rangkap (lensa cembung dan cekung). Sedangkan penderita astigmatism dapat ditolong dengan menggunakan kacamata berlensa silinder.

Beberapa penderita cacat mata dapat dibantu penglihatannya menggunakan lensa. Namun ada juga cacat mata yang tidak bisa dibantu dengan lensa, misalnya pada penderita glaukoma. Kerusakan mata pada penderita glaukoma terjadi pada saraf mata. Sehingga, penglihatan yang terganggu karena glaukoma tidak bisa ditolong dengan lensa.

3. AKOMODASI

Daya akomodasi adalah sifat kemampuan mata harus fokus pada jarak yang berbeda. Ini dikenal sebagai akomodasi untuk proses di mana lensa memungkinkan mata untuk fokus pada objek di dekatnya. Fenomena ini terjadi karena, dalam keadaan rileks, mata dipersiapkan untuk memfokuskan objek yang jauh.

Peningkatan potensi dicapai oleh dua bentuk berbeda dalam vertebrata. Yang pertama adalah peningkatan ketebalan dan kelengkungan permukaan lensa, berkat kontraksi otot siliaris. Yang kedua adalah pergerakan lensa sehubungan dengan retina. Yang terakhir digunakan oleh ikan.

Ada batasan akomodasi gambar, jadi bahkan dengan akomodasi lensa maksimum, gambar akan menjadi tidak fokus, dengan kata lain itu akan kabur. Jarak terdekat di mana target dapat dilihat dengan jelas, dengan akomodasi penuh, disebut titik dekat.

Kapasitas untuk akomodasi okular berkurang dengan bertambahnya usia, meskipun hanya jelas terlihat dari dekade keempat atau kelima kehidupan, kehilangan kapasitas akomodatif ini disebut presbiopi. Mata manusia kekanak-kanakan memiliki kapasitas yang besar untuk akomodasi: pada usia dini dapat mencapai hingga 10 dioptri akomodasi, mampu fokus dengan baik hingga maksimum 10 cm, dengan nilai rata-rata sekitar 7 cm. Namun menuju usian 40 tahun, kapasitas daya akomodasi telah berkurang menjadi hanya 3 atau 4 dioptri, dan terus menurun hingga usia 65.

Pada mata kekuatan refraktif dimodifikasi dengan mengubah kelengkungan lensa lensa.

Sifat tepat dari mekanisme akomodasi masih dibahas, tetapi jika disetujui secara mendasar, ini merupakan peningkatan kelengkungan lensa yang terutama mempengaruhi permukaan anterior.

Dalam keadaan istirahat, jari-jari kelengkungan muka anterior lensa adalah 11 mm, sedangkan selama akomodasi dapat berkurang menjadi 5 atau 6 mm; variasi bentuk ini meningkatkan kekuatan mata yang konvergen sehingga fokus dapat bergerak seperlunya.

Saat mengakomodasi mata, ada pemendekan panjang fokus yang berhubungan dengan peningkatan kekuatan mata, dari 60 dioptri menjadi 70.

Dalam pendekatan untuk penglihatan dekat, otot siliaris berkontraksi, serat zonula mengendur dan kapsul lensa buncit, sehingga lensa mengadopsi bentuk spheroidal, sehingga meningkatkan daya biasnya.

Dalam pendekatan penglihatan jauh, otot siliaris menjadi rileks, serat zonula dan kapsul lensa tegang, dan lensa pipih dengan bentuk elips mengurangi daya biasnya.

Proses modifikasi yang terjadi di mata selama akomodasi adalah sebagai berikut:

1. Ketika melihat objek terdekat, terjadi kontrak pupil. Fungsinya untuk bertindak sebagai diafragma yang menekan peningkatan relatif cahaya yang masuk mata dari objek terdekat dan, karenanya, mengurangi lingkaran difusi. Ini juga mengurangi penyimpangan dengan menyegel bagian luar lensa. Kontraksi pupil yang dipicu oleh daya akomodasi ini lebih lambat daripada yang dihasilkan oleh cahaya.

2. Mengurangi kedalaman ruang anterior melalui pusat. Tepi pupil bergerak maju sekitar 0,4 mm untuk akomodasi 7 dioptri. Namun, untuk bagian periferalnya ruang anterior mengalami peningkatan kedalaman.

3. Modifikasi pada lensa:

a. Pada permukaan biasnya:

Dalam permukaan sebelumnya ia mengalami perubahan posisi dan perubahan bentuk.Mengenai posisi, itu bergerak menuju kornea antara 0,3 dan 1 mm. Adapun bentuk, jari-jari kelengkungan berkurang selama akomodasi. Peningkatan kelengkungan ini tidak seragam dan terutama mempengaruhi daerah pusat, di mana terjadi deformasi yang diketahui.Di bagian belakang lensa mengalami sedikit perubahan. Variasi posisi tiang posterior minimal, sekitar 0,01mm.

b. Variasi diameter:

Diameter lensa frontal (ecuatrorial) berkurang selama akomodasi dengan nilai 0,4 hingga 0,5 mm.

c. Variasi dalam indeks bias lensa.

Meningkatkan indeks total karena pergeseran serat kristal. Mekanisme ini disebut mekanisme intrakapsular.

d. Tremulasi lensa yang ditampung:

Ini disebabkan oleh relaksasi zonular dan sedikit perpindahan lensa karena gravitasi dan rotasi kecil di sekitar sumbu vertikal.

2. Modifikasi pada otot siliaris, di zonula dan dalam proses siliaris:

Otot siliaris bekerja pada lensa melalui serat zonular.Kontraksi otot siliaris menghasilkan perpindahan proses ciliary, yang mendekati sumbu anteroposterior mata, tetapi tanpa bersentuhan dengan lensa, dan sebagai akibatnya serat-serat zonula mengendur.

Kapasitas kontraksi otot siliaris sangat dipengaruhi oleh usia, sehingga presbiopia bukan karena kehilangan kekuatan otot tetapi karena proses yang terjadi pada lensa.

Bentuk otot siliaris tergantung pada perkembangan otot Müller-Rouget. Otot ini berkembang buruk di rabun jauh, di mana ia tampak menipis, dan sebaliknya menjadi sangat besar di hipermetropi.

Pada rabun jauh, karena kebutuhan untuk mengakomodasi lebih kecil, otot siliaris mengalami atrofi, sedangkan pada hipermetropik karena fakta bahwa akomodasi diperlukan bahkan dalam penglihatan yang jauh, otot mengalami hipertrofi.
Mekanisme

Dalam penglihatan jauh (objek yang terletak lebih dari enam meter dari mata) sinar cahaya yang berasal dari suatu titik di ruang dianggap paralel ketika memasuki bola mata dan bertemu membentuk suatu titik pada retina karena pembiasan konvergen mereka alami ketika melewati kornea dan lensa (lensa cembung). Dalam keadaan ini, otot siliaris tetap benar-benar rileks, menentukan bahwa lensa memiliki perataan maksimum dan dengan itu kekuatan konvergensi yang lebih rendah, cocok untuk membuat sinar paralel menyatu tepat di retina, membentuk gambar.

Dalam penglihatan dekat (objek kurang dari enam meter jauhnya) sinar cahaya mencapai mata dengan cara yang berbeda, sehingga lensa harus meningkatkan kekuatan konvergensi (meningkatkan diameter pusatnya) untuk memproyeksikan gambar ke retina dan tidak di belakangnya. Proses memfokuskan mata untuk penglihatan pada jarak yang berbeda disebut akomodasi okular dan disebabkan oleh perubahan diameter tengah lensa. Pada manusia dan mamalia lain, akomodasi ini tergantung pada elastisitas lensa dan mekanisme yang sesuai berada terutama di otot siliaris. Otot siliaris adalah bagian dari badan siliaris, struktur berbentuk cincin yang membawa banyak ekstensi – prosesus sialiris- di mana ligamen suspensori (zonula) dimasukkan.

Peningkatan kelengkungan lensa dilakukan berkat kontraksi otot-otot siliaris. Ketika ini berkontraksi, badan siliaris dan koroid ditarik ke depan menuju kornea. Sebagai konsekuensi dari perpindahan ini, ligamentum suspensori menjadi longgar dan lensa, karena elastisitasnya sendiri, memperoleh konveksitas yang diperlukan untuk “penglihatan dekat atau dekat” (lensa meningkatkan diameter tengahnya).

Saat melihat objek yang jauh, otot-otot siliaris rileks, memungkinkan tekanan intraokular untuk menggerakkan tubuh siliaris ke belakang, menyebabkan ligamen suspensori meregang. Akibatnya, lensa mendatar dan dibiarkan dalam kondisi yang sesuai untuk “penglihatan jauh”.


4. CACAT PENGLIHATAN

A. Cacat Penglihatan

a. Miopia (penglihatan dekat)
Karakteristik : titik jauh kurang dari tak berhingga, bayangan jatuh di depan retina.
Penyebab umum : bola mata panjang atau kornea terlalu lengkung.
Diperbaiki dengan : lensa negatif / cekung / minus.

b. Hiperopia (penglihatan jauh)
Karakteristik : titik dekat lebih dari punctum proximum mata normal, yaitu 25 cm, bayangan jatuh di belakang retina.
Penyebab umum : bola mata pendek atau kelengkungan kornea kurang.
Diperbaiki dengan : lensa positif / cembung / plus.

c. Astigmatisme
Karakteristik : benda titik nampak bergaris-garis sedangkan benda bergaris-garis dilihat baik hanya pada arah tertentu saja.
Penyebab umum : kelengkungan kornea tidak merata.
Diperbaiki dengan : lensa silindris atau lensa kontak keras.

d. Presbiopia (mata tua)
Karakteristik : titik dekat lebih dari 25 cm, titik jauh kurang dari tak berhingga.
Penyebab umum : kurangnya akomodasi.
Diperbaiki dengan : lensa bifokal atau trifokal.

e. Buta warna
Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu akibat faktor genetis.Buta warna merupakan kelainan genetik / bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya, kelainan ini sering juga disebaut sex linked, karena kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita buta warna pada laki dan wanita. Seorang wanita terdapat istilah ‘pembawa sifat’ hal ini menujukkan ada satu kromosom X yang membawa sifat buta warna. Wanita dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami kelalinan buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya. Tetapi wanita dengan pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya kelak. Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor buta warna maka seorang wanita tsb menderita buta warna.

Saraf sel di retina terdiri atas sel batang yang peka terhadap hitam dan putih, serta sel kerucut yang peka terhadap warna lainnya. Buta warna terjadi ketika syaraf reseptor cahaya di retina mengalami perubahan, terutama sel kerucut.

B. PENYAKIT MATA

a. Ablasio
Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina (RIDE). Keadaan ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia berapa pun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua. Ablasio retina lebih besar kemungkinannya terjadi pada orang yang menderita rabun jauh (miopia) dan pada orang yang anggota keluarganya ada yang pernah mengalami ablasio retina. Ablasio retina dapat pula disebabkan oleh penyakit mata lain, seperti tumor, peradangan hebat, akibat trauma atau sebagai komplikasi dari diabetes. Bila tidak segera dilakukan tindakan, ablasio retina dapat menyebabkan cacat penglihatan atau kebutaan yang menetap.

b. Dakriosistitis
Dakriosistitis adalah suatu infeksi pada sakus lakrimalis atau saluran air mata yang berada di dekat hidung dan bersifat menular. Infeksi ini menyebabkan nyeri, kemerahan, dan pembengkakan pada kelopak mata bawah, serta terjadinya pengeluaran air mata berlebihan (epifora). Radang ini sering disebabkan obstruksi nasolakirmalis oleh bakteri S. aureus, S. pneumoniae, Pseudomonas.

c. Glaukoma
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati.

d. Katarak
Katarak adalah sejenis kerusakan mata yang menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun. Lensa mata menjadi keruh dan cahaya tidak dapat menembusnya, bervariasi sesuai tingkatannya dari sedikit sampai keburaman total dan menghalangi jalan cahaya. Dalam perkembangan katarak yang terkait dengan usia penderita dapat menyebabkan penguatan lensa, menyebabkan penderita menderita miopi, menguning secara bertahap dan keburaman lensa dapat mengurangi persepsi akan warna biru. Katarak berkembang karena berbagai sebab, seperti kontak dalam waktu lama dengan cahaya ultra violet, radiasi inframerah, radiasi gelombang mikro, radiasi nuklir, terkena bahan kimia tertentu, efek sekunder dari penyakit seperti diabetes dan hipertensi, usia lanjut, atau cedera (trauma) fisik pada mata.

e. Koloboma
Koloboma adalah lubang yang terdapat pada struktur mata, seperti lensa mata, kelopak mata, iris, retina, koroid, atau diskus optikus. Lubang ini telah ada sejak lahir dan dapat disebabkan adanya jarak antara dua struktur di mata. Struktur ini gagal menutup sebelum bayi dilahirkan. Koloboma dapat terjadi pada satu atau kedua mata.

Kloboma memengaruhi pandangan, tergantung dari tingkat keparahan sesuai dengan ukuran dan lokasi. Misalnya, bila hanya sebagian kecil dari iris yang rusak, pandangan mungkin saja normal. Namun bila terjadi pada retina atau saraf optik, maka pandangan pasien akan rusak dan sebagian besar lapangan pandang akan hilang. Kadang-kadang mata dapat mengecil atau mikroftalmos, dan bahkan pasien dapat menderita penyakit mata lainnya seperti glaukoma.

f. Konjungtivitis
Konjungtivitis adalah suatu peradangan pada konjungtiva dan bersifat menular. Penyakit ini dapat disebabkan oleh faktor alergi, iklim, usia, dan jenis kelamin. Bayi baru lahir bisa mendapatkan infeksi gonokokus pada konjungtiva dari ibunya ketika melewati jalan lahir. Karena itu setiap bayi baru lahir mendapatkan tetes mata (biasanya perak nitrat, povidin iodin) atau salep antibiotik (misalnya eritromisin) untuk membunuh bakteri yang bisa menyebabkan konjungtivitis gonokokal. Konjungtivitis gonokokal disebabkan melalui hubungan seksual (misalnya jika cairan semen yang terinfeksi masuk ke dalam mata).

g. Xerophtalmia (xerosis)
Xerophtalmia (xerosis), penyakit mata yang disebabkan oleh keringnya konjungtiva dan kornea mata akibat kekurangan vitamin A. Salah satu gejala awal dari penyakit ini adalah rabun senja, berkurangnya kemampuan melihat pada saat hari senja.


5. SOLUSI

· USG mata, CT scan, dan MRI
Ketiga pemeriksaan ini dapat memberi gambaran retina yang lebih jelas secara visual. Tujuannya untuk membantu penetapan diagnosis dan pengobatan, termasuk memeriksa kemungkinan adanya cedera atau tumor pada mata.

· Optical coherence tomography (OCT)
Pemeriksaan ini dapat menampillkan gambaran retina yang digunakan untuk mendeteksi kelainan retina pada penyakit degenerasi makula.

· Tes Amsler grid
Tes ini dilakukan untuk menguji ketajaman penglihatan di tengah dengan menggunakan alat yang mengandung gambar bergaris untuk dilihat penderita. Penderita kemudian akan diminta mendeskripsikan kondisi garis yang dilihat.

· Angiografi mata
Pemeriksaan angiografi mata dilakukan untuk melihat pembuluh darah retina. Pemeriksaan akan menggunakan cairan khusus saat dilakukan pemindaian. Melalui pemeriksaan ini, dokter dapat mengetahui adanya sumbatan, kebocoran, serta kelainan pada pembuluh darah di mata.

· Tes genetik
Tes genetik dilakukan untuk mendiagnosis penyakit retina yang timbul akibat faktor keturunan. Dokter akan mengambil sampel DNA penderita dari jaringan tertentu, kemudian akan dianalisis di laboratorium untuk melihat apakah penyakit retina disebabkan oleh faktor genetik atau bukan.
Pengobatan Penyakit Retina

Pengobatan penyakit retina tergantung kepada jenis dan penyebabnya. Pengobatan bertujuan untuk memperbaiki penglihatan penderita atau mencegah penyakit yang diderita bertambah buruk.

Pengobatan untuk penyakit retina umumnya dilakukan dengan tindakan khusus yang dilakukan oleh dokter spesialis mata. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan adalah:

1. Penyuntikan obat pada mata

Penyuntikan ini terutama ditujukan pada vitreus atau gel bening pada mata. Tindakan ini digunakan untuk mengatasi degenerasi makula, pembuluh darah yang pecah pada mata, atau retinopati diabetik.

2. Vitrektomi

Vitrektomi adalah operasi untuk mengganti gel pada bagian mata yang disebut vitreus dengan menyuntikkan gas, udara, atau cairan ke dalamnya. Tindakan ini dilakukan untuk mengobati ablasi retina atau infeksi pada mata.

3. Cryopexy

Cryopexy adalah pembekuan dinding luar mata untuk mengobati retina yang robek. Tujuannya adalah untuk memperlambat kerusakan akibat luka dan mengembalikan retina agar tetap berada di dinding bola mata.

4. Scatter laser photocoagulation (SLP)

SLP merupakan prosedur untuk menyusutkan pembuluh darah baru yang tidak normal atau pendarahan yang membahayakan mata. Tindakan ini biasanya digunakan untuk mengobati retinopati diabetik.

5. Pneumatic retinopexy

Pneumatic retinopexy adalah penyuntikan udara atau gas pada mata untuk mengatasi beberapa jenis pemisahan retina. Tindakan ini dapat dikombinasikan dengan cyropexy atau laser photocoagulation.

6. Scleral buckling

Scleral buckling adalah metode perbaikan permukaan mata guna mengatasi ablasi retina. Tindakan ini diakukan dengan menambahkan silikon di luar bagian putih mata (sklera).

7. Implantasi prostesis retina

Metode pengobatan penyakit retina ini dilakukan dengan memasang retina prostesis melalui operasi. Implantasi prostesis retina dilakukan untuk orang yang sulit melihat atau menderita kebutaan akibat penyakit retina, terutama akibat retinitis pigmentosa.

8. Terapi laser

Terapi laser dilakukan untuk memperbaiki robekan atau lubang pada retina. Selain memperbaiki robekan retina, pemanasan dengan sinar laser pada bagian yang robek tersebut juga akan menyebabkan terbentuknya jaringan parut yang membuat retina menempel dengan jaringan penyangganya.



6. KESIMPULAN

Susunan Indera penglihatan dalam garis besar terdiri dari:

1. Kedua mata (The eyes).

2. Saraf optik yaitu saluran saraf yang menghubungkan mata dengan otak

3. Pusat penglihatan dalam otak.
 

Referensi :

1. Fisiologi Mata/Penglihatan (https://youtu.be/wqDEkzZ3_98)

2. PembentukanBayangan Yang Terjadi di Mata (https://youtu.be/G91ktLDjVBs)

3. PembentukanBayanganPada Mata Normal (https://youtu.be/U6KF1j_YRfE)

4. PembentukanBayanganPadaPenderitaMiopi (https://youtu.be/LZeJNmcaQo8)

5. PembentukanBayanganPadaLup (https://youtu.be/RimrOwMIFuk)

6. Proses AkomodasiPada Mata (https://youtu.be/Ce4dSyaVyUs)
dihapus