Jika ingin mendownload file makalah/jurnal ini silahkan klik di link gdrive berikut :
https://docs.google.com/document/d/1Kf0Jrsy2reCpkug2iTn4In9IsSjow1gJ/edit?usp=sharing&ouid=117589103459178853621&rtpof=true&sd=true
URGENSI PEMANFAATAN ENERGI NUKLIR DI INDONESIA SEBAGAI SUMBER LISTRIK BEBAS EMISI
NAMA: Muhammad Ilham Nugraha
NIM: 19034024
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah yang berjudul “Urgensi Energi Nuklir Di Indonesia Sebagai Alternatif Sumber Listrik”.
Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas pengganti UAS Fisika Energi. Dalam penulisan dan penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr.Ramli, S.Pd, M.Si yang telah membimbing penulis dalam pembuatan karya ilmiah ini.
Penulis sadar bahwa penulisan karya ilmiah ini terdapat banyak kekurangan. Untuk itu penulis menghimbau agar para pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan karya ilmiah ini.
Akhir kata penulis berharap agar karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi pihak-pihak yang memerlukan.
Padang, Desember 2021
DAFTAR ISI
B. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
C. Perbandingan Sumber Energi Listrik Nuklir dan Sumber Energi Fossil
D. Potensi pemanfaatan Energi Nuklir di Indonesia
E. Tantangan dalam membangun pembangkit listrik tenaga Nuklir di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karena pemanasan global dan meningkatnya rata-rata pemakaian energi listrik di Indonesia, Sumber energi listrik baru yang lebih efisien dan bebas polusi menjadi penting. Energi Nuklir adalah salah satu sumber energi yang paling efisien dan bebas polusi, Ia punya output energi yang lebih stabil daripada pembangkit listrik dengan sumber Cahaya matahari, angin, atauapun air. Pembangkit listrik dengan energi nuklir juga sangat ramah lingkungan karena tidak menghasilkan emisi karbon yang banyak seperti yang dilakukan pembangkit listrik dengan sumber energi pembakaran bahan bakar fosil.
Namun mesikpun energi nuklir punya begitu banyak kelebihan, Di Indonesia sendiri perkembangan penggunaan sumber energi nuklir sendiri masih sangat rendah. Belum ada satupun pembangkit listrik tenaga nuklir yang beroperasi secara komersil di Indonesia. Ada beberapa tantangan dalam perealisasian Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, dan pada makalah ini kita akan membahas solusi dari tantangan yang ada tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian energi Nuklir?
2. Apa yang dimaksud pembangkit listrik tenaga nuklir?
3. Bagaimana Perbandingan Pembangkit listrik dengan sumber Nuklir dibanding sumber lainnya
4. Bagaimana potensi pemanfaataan energi nuklir di Indonesia?
5. Apa saja tantangan dalam membangun pembangkit listrik tenaga Nuklir di Indonesia?
1.3 Manfaat Penelitian
1. Memahami pengertian Energi Nuklir
2. Mengetahui apa aitu Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
3. Mengetahui perbedaan antara pembangkit listrik dengan sumber nuklir dan sumber lainnya
4. Mengetahui potensi pemanfaatan energi nuklir di Indonesia
5. Mengetahui tantangan yang ada dalam membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Indonesia
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Pembangkit tenaga listrik dengan sumber bahan bakar fossil semacam minyak bumi, gas alam, dan batu bara telah membuat naiknya suhu atmosfir bumi, terjadinya Acid Rain(hujan asam), dan pengaruh pencemaran alam lainnya. Di sisi lain, Kebutuhan akan energi listrik di Indonesia terus saja mengalami kenaikan seiring dengan laju pembangunan. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah satu dari beberapa alternatif yang prospektif karena mempunyai potensi sebagai pembangkit energi yang besar, hemat bahan bakar, dan jika dibuat dengan teknologi yang memadai akan memiliki tingkat keamanan yang tinggi, baik bagi kehidupan manusia maupun bagi alam linkungannya.[1]
Penggunaan energi di Indonesia diperikirakan meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Kebutuhan sumber energi yang cukup besar untuk keperluan pembangunan, tidak hanya untuk memproduksi dan mendistribusikan barang kebutuhan hidup seharihari tetapi juga untuk membangun industri yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan bangsa.[2] Oleh karena itu, sumber energi listrik yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis diperlukan, dan Sumber Energi Nuklir merupakan salah satu jawaban dari masalah ini.
Tantangan utama dari pendayagunaan tenaga nuklir untuk berbagai upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat, khususnya pembangkit listrik lebih didasarkan pacta persepsi politik atas keberadaan bahan nuklir dan limbah yang dihasilkannya. Persepsi yang berkembang bahwa nuklir merupakan sesuatu yang sangat membahayakan masyarakat dan sesuatu yang sangat sulit dikendalikan. Oleh karenanya, tantangan utama adalah memberikan pemahaman dan kesadaran semua pihak untuk menerima teknologi nuklir secara obyektif dan rasional.[3] Impor energi akan mengancam ketahanan dan kedaulatan energi Indonesia masa depan. Dengan demikian penggunaan teknologi energi nuklir merupakan alternatif penting serta mendesak bagi pemenuhan kebutuhan energi Indonesia masa depan.[5]
Beberapa kajian terdahulu yang digunakan berfokus pada publikasi ilmiah terdahulu yang memiliki relevansi dengan tema yang penulis gunakan sebagai pembanding terhadap penelitian yang penulis hendak paparkan. Pertama, publikasi ilmiah yang ditulis oleh Edy Supriyadi pada 1994 dengan judul Pusat Listrik Tenaga Nuklir : Energi dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan di publikasikan di Kumpulan jurnal Cakrawala Pendidikan Secara garis besar penelitian yang dikerjakan Edy ini mengkaji tentang potensi energi nuklir sebagai salah satu energi alternatif yang relatif besar potensinya untuk menggantikan peran energi fosil. Dalam penelitian yang dilakukannya, diungkapkan bahwa Bangsa Indonesia memiliki peluang untuk dapat mengoptimalkan potensi tenaga nuklir untuk memasok kebutuhan energi listrik yang ada di Indonesia.
Kedua, publikasi ilmiah oleh Tjipta Suhaemi Berjudul Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Menopang Kebutuhan Eenergi Listrik Nasional Menjelaskan perbandingan antara pembangkit listrik tenaga nuklir dengan pembakit listrik dengan sumber energi bahan bakar fossil.
Ketiga, publikasi ilmiah yang dilakukan oleh Bijah Subianto dalam Pemanfaatan Energi Nuklir Untuk Pembangkit Listrik : Tinjauan dari Perspektif Intelijen. Secara garis besar penelitian yang dilakukan mengkaji tentang beberapa tantangan yang mungkin dihadapi dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di Indonesia.
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengertian Energi Nuklir
Energi Nuklir adalah energi yang tercipta dari reaksi anatar partikel di dalam inti atom. Sumber energinya berasal dari energi ikat pada partikel bebas. Energi Nuklir lebih Bersifat intensif teknologi, tidak intensif sumber daya alam. Berkebalikan dengan pendapat umum, fakta nya Reaktor Nuklir tidak bisa meledak seperti ledakan senjata pemusnah massal bom atom karena:
a. Pengkayaan Uranium-235 kurang dari 20%
b. Adanya zat struktural: SS, Zr
c. Adanya zat pendingin H2O
Tapi resiko kebocoran zat radioaktif masih dapat terjadi. Ada beberapa Sifat-sfat energi nuklir yang membuatnya menjadi pilihan sumber energi dalam memenuhi kebutuhan energi negara ini, yaitu :
A. Volume limbah kecil mudah dikumpulkan, diproses dan disimpan (diisolasi dari lingkungan manusia)
B. Pembelahan melalui reaksi inti dengan neutron tidak menimbulkan polutan organik (sebaliknya batubara dibakar dengan oksigen, menimbulkan polutan organik dan non organik: VHC, SOX, NOX, dan lain lain yang berbahaya bagi kesehatan)
C. Polusi radiasi mudah diatasi dengan perisai dan sistem keselamatan lain
D. Bahan bakar bersifat kuasi - domestik (mudah diperoleh di pasar internasional dan dapat ditimbun)
E. Sumber daya energi nuklir mampu memasok energi dengan skala besar dan untuk jangka panjang
B. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit listrik termal yang menggunakan bahan bakar nuklir (uranium) untuk membangkitkan energi. Energi yang dihasilkan oleh reaksi fisi di dalam reaktor nuklir berubah menjadi panas dan air berubah menjadi uap panas dan kemudian diambil tenaganya untuk memutar turbin yang selanjutnya membangkitkan tenaga listrik.
Sistem PLTN tergolong teknologi tinggi dan prospektif ke masa depan. PLTN mempunyak karakteristik sumbernya berkelimpahan di alam, bisa dibangkitkan dalam skala besar, ekonomis dalam skala massal, dan ramah lingkungan.
PLTN mempunyai komponen utama, yaitu bahan bakar, pendingin, moderator, sistem pembangkit uap, sistem keselamatan. Kombinasi dari komponen-komponen tersebut melnghasikan variasi dari desain PLTN. PLTN dibedakan berdasarkan jenis pendingin, siklus uap, moderator, energi neutron dan bahan bakar. Dewasa ini ada beberapa jenis PLTN komersial antara lain adalah PWR (Pressurized Water Reactor), BWR (Boiling Water Reactor), dan PHWR (Pressurized Heavy Water Reactor), GCR (Gas Cooled Reactor), HTGR (High Temperature Gas-cooled Reactor). Jenis PLTN ini mempunyai keunggulan/ kelebihan masing-masing, namun unsur-unsur kunci dan desain keseluruhan dari berbagai jenis PLTN itu pada umumnya adalah sama, misalnya bangunan turbin, generator, fasilitas perawatan, fasilitas administrasi, rumah pompa, dan struktur pengungkung reaktor.
C. Perbandingan Sumber Energi Listrik Nuklir dan Sumber Energi Fossil
Memang dewasa ini sebagian besar kebutuhan energi dunia masih dipasok oleh bahan bakar minyak, batubara dan gas alam. Pembangkit konvensional yang notabene berasal dari panas bumi, matahari, angin, biomassa, dan air belum mampu menghasilkan listrik dalam skala besar. Sementara pembangkit fosil seperti minyak dan batubara menimbulkan masalah lingkungan dan pemanasan global.[2]
Energi nuklir mempunyai beberapa keuntungan antara lain:
· Ongkos operasional pembangkitan listrik lebih murah.
· Penggunaan energi nuklir secara relatif akan mengurangi konsumsi minyak.
· Tidak membebaskan asap/debu hasil pembakaran lewat cerobong, ataupun tidak membuang abu ke lingkungan.
· Mempunyai keandalan dan keselamatan yang amat ketat.
· Penggunaan PLTN akan memberikan hasil samping lain di bidang industri, riset dan teknologi.
Gambar 1 menunjukkan perbandingan pembangkit listrik batubara dan PLTN. Perbedaannya adalah panas yang digunakan untuk membangkitkan uap tidak dihasilkan dari pembakaran bahan fosil, tetapi sebagai hasil dari pembelahan inti atom U-235 yang ditembak dengan neutron. Panas yang dihasilkan dari reaksi pembelahan diangkut keluar dari teras reaktor oleh fluida pendingin, yang secara terus menerus dipompakan ke dalam reaktor melalui saluran pendingin reaktor.
Perbedaan Bahan Bakar
Pembangkit listrik dengan energi nuklir dan pembangkit listrik dengan pembakaran bahan bakar fosil pada dasarnya berbeda dari segi sumber energi yang digunakan. Sebuah reactor nuklir menghasilkan panas dari bahan radioaktif, sedangkan pembangkit listrik konvensional dengan membakar batu bara, minyak, ataupun gas alam. Selain perbedaan teknis tersebut, perbedaan efeknya bagi alam juga sangat berbeda: Pembangkit listrik dengan pembakaran fosil terkenal karena emisi gas rumah kaca nya dan reactor nuklir terkenal dari limbah radioaktif nya.
Sebuah pembangkit dengan bahan bakar fosil bergantung pada teknologi kuno api untuk menghasilkan panas; pembangkit nya membakar hidrokarbon seperti metana ataupun batubara yang telah ditumbuk. Proses pembakarannya melepaskan energi dari ikatan kimia dalam bahan bakarnya. Disisi lain, Reaktor Nuklir menggunakan panas dari bahan radioaktif. Atom yang berat dan tidak stabil dari Uranium-235 dan Plutonium-239, keduanya bisa dijkadikan bahan bakar Nuklir, Keduanya meluruh menjadi unsur yang lebih ringan sembari melepaskan panas yang sangat tinggi.
Kepadatan Energi Bahan Bakar
Karena reaksi nuklir jauh lebih ber-energi dibanding reaksi kimia, satu kilo bahan bakar nuklir akan punya energi yang setara dengan 1 juta kali lipat energi dari 1 kilogram bahan bakar fosil. Menurut University of Florida, Sebuah pembangkit listrik dengan bahan bakar batu bara membutuhkan 9000 ton batu bara untuk menghasilkan listrik berdaya 1 gigawatt; reactor nuklir hanya membutuhkan 3 kilogram uranium untuk menghasilkan energi yang sama.
Emisi
Reaksi pembakaran yang menjadi dasar dari pembangkit listrik tenaga bahan bakar fosil menghabiskan bahan bakar dan oksigen dan kemuadian meng-emisikan uap air, karbon dioksida, dan energi. Pembakaran batu bara, gas alam, dan minyak akan selalu menghasilkan karbon dioksida(CO2), gas yang selalu dikaitkan dengan pemanasan global. Karena batu bara dan minyak punya ketidakmurnian yang tidak dapat terbakar, bahan bakar tersebut juga menghasilkan Nitrous Oxide(NO), Sulfur Dioxide(SO2), dan pollutant lainnya. Sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir tidak menggunakan reaksi kimia untuk menghasilkan energi; disaat operasi normal, reactor nuklir tidak menghasilkan emisi gas.
Bahaya bagi alam
Ada bahaya yang menyertai dari semua pembangkit listrik, walaupun bahaya tersebut bisa berbeda beda bentuknya. Desain dari kebanyakan reactor nuklir rata-rata membutuhkan aliran air yang kosntan untuk membuat reactor terhindar dari overheat dan kemungkinan melepaskan bahan radioaktif ke lingkungan; bencana Fukushima di 2011 terjadi Ketika pompa air pendingin reactor berhenti bekerja dengan tidak semestinya. Pembangkit listrik dengan bahan bakar batu bara menghasilkan Abu dalam jumlah yang sangat besar, limbahnya mengandung merkuri, arsenic, dan bahan berbahaya lainnya. Beberapa pembangkit listrik tersebut menyimpan abu limbah pembakaran disebuah danau raksasa, yang mungkin saja bisa tiba-tiba hancur dan mengkontaminasi lingkungan sekitarnya. Insiden seperti itu sudah pernah terjadi sebelumnya di Tennessee pada 2008, melepaskan 1.3 juta meter kubik bahan beracun yang ke lingkungan.
D. Potensi pemanfaatan Energi Nuklir di Indonesia
Potensi besar tenaga nuklir dapat dianalogikan sebaga ‘pisau bermata dua’ yaitu peluang yang dapat diperoleh Bangsa Indonesia apabila mampu menggunakan potensi besar tenaga nuklir berbasis smart electricity secara optimal dan berkelanjutan, ataupun dapat menjelma menjadi tantangan yang dapat mengancam Bangsa Indonesia (habisnya cadangan energi konvensional dan risiko kebocoran radiasi reaktor nuklir terhadap lingkungan) apabila konsep smart electricity tidak dimanfaatkan secara optimal.[5]
Potensi yang dapat ditimbulkan dari tenaga nuklir yaitu menghasilkan energi dalam jumlah yang besar. Reaksi nuklir melepaskan energi satu juta kali lebih banyak dibandingkan dengan energi air dan angin. Oleh karena itu, sejumlah besar tenaga listrik dapat dihasilkan melalui energi nuklir. Saat ini, sekitar 10-15% dari listrik di dunia dihasilkan melalui energi nuklir. Dapat diperkirakan bahwa 1 kg uranium-235 menghasilkan energi sekitar 1500 ton batu bara.
Potensi tenaga nuklir yang mampu menghasilkan energi listrik yang lebih besar jika dibandingkan dengan sektor energi lainnya merupakan potensi nyata yang dapat dimanfaatkan. Tingkat efektivitas energi yang dihasilkan memiliki energi lebih besar yang dihasilkan ketimbang dengan sumber energi lain merupakan hal yang potensial untuk diterapkan. Dengan hasil energi yang lebih besar dihasilkan jika dibandingkan dengan energi lain, dapat memangkas biaya yang diperlukan dalam menghasilkan jumlah energi listrik yang sama.
Pembangunan PLTN merupakan pilihan, karena Indonesia mempunyai sumber energi lain yang lebih murah dan tidak beresiko tinggi dengan memanfaatkan sumber energi yang tersedia secara optimal. Dengan demikian, PLTN bukan menjadi pilihan utama dalam memenuhi kebutuhan energi Indonesia. Pandangan serta pendapat yang menyarankan PLTN bukan dijadikan sebagai pilihan utama, bukan semata-mata menyiratkan penolakan pembangunan PLTN. Namun, dalam hal ini yang perlu menjadi penekanan bagaimana pemerintah dan masyarakat perlu mendapatkan informasi yang benar sebagai bahan pertimbangan secara komprehensif untuk pengambilan keputusan tentang pembangunan PLTN. Dengan adanya peningkatan jumlah pembangunan infrastruktur PLTN diharapkan mampu untuk mengelola serta memproduksi berbagai jenis zat yang tergolong ke dalam zat yang masuk dalam klasifikasi tenaga nuklir untuk dapat diolah menjadi sumber energi alternatif baru yang dapat menyokong kebutuhan tenaga listrik. Dengan didukung biaya yang lebih ekonomis dalam memproduksi tenaga listirik yang berasaldari tenaga nuklir diharapkan dapat mendorong pengehematan anggaran negara sehingga dapat disalurkan untuk digunakan dalam menunjang sektor produktif lain yang dapat memberikan pendapatan bagi Bangsa Indonesia.
Kedua, potensi yang dapat ditimbulkan dari tenaga nuklir yaitu dapat mendorong laju perkembangan polusi dan efek rumah kaca. Keuntungan terbesar dari energi nuklir adalah bahwa gas rumah kaca seperti karbon dioksida, metana, ozon, dan Chlorofuorocarbon (CFC) tidak dilepaskan selama reaksi nuklir. Gas rumah kaca adalah ancaman besar karena menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Dengan adanya pemanfaatan tenaga nuklir juga dapat mendorong penurunan tingkat pembakaran bahan bakar fosil menyebabkan produksi karbondioksida, dikarenakan pengolahan dan produksi energi nuklir tidak memancarkan asap, maka tidak ada polusi udara. [18] Potensi tenaga nuklir yang dapat menghasilkan jumlah energi listrik yang sama dengan energi konvensional, tetapi dengan penggunaan zat bahan dasar yang diolah lebih sedikit merupakan suatu keuntungan yang bisa diperoleh. Penggunaan tenaga nuklir dalam intensitas yang relatif kecil juga berdampak pada tingkat polusi yang ditimbulkan sebagai hasil emisi (gas buang yang dihasilkan.
Reaksi nuklir yang melibatkan banyak zat-zat memang menimbulkan risiko yang besar apabila mengalami kebocoran, akan tetapi jika disertai dengan pengelolaan yang baik maka potensi tenaga nuklir merupakan suatu yang sangat menguntungkan. Dengan adanya pemanfaatan tenaga nuklir diharapkan dapat mengurangi tingkat polusi udara dan efek rumah kaca. Secara esensial manusia memproduksi tenaga listrik disesuaikan dengan tingkat kebutuhan yang diperlukan masyarakat, sehingga dengan terpenuhinya pasokan tenaga listrik yang telah terpenuhi dari tenaga nuklir dengan jumlah bahan yang relatif sedikit jika dibandingkan dengan energi konvensional maka diharapkan dapat menurunkan tingkat polusi dan efek rumah kaca. Penggunaan energi konvensional dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik masyarakat Indonesia merupakan suatu hal yang wajar apabila dikaji dari prinsip hukum nasional dan internasional, akan tetapi kita sudah mulai harus memiliki pola pikir yang berpandangan jauh ke depan sehingga tuntutan dalam pemenuhan kebutuhan kebutuhan tenaga listrik berbnding lurus dengan upaya melestarikan cadangan energi nasional yang terbatas.
Ketiga, potensi yang dapat ditimbulkan dari tenaga nuklir yaitu dapat mengaplikasikan secara optimal sistem keselamatan komprehensif (defence in depth). Pengolahan dan pemanfaatan tenaga nuklir yang harus memenuhi persyaratan yang lebih kompleks jika dibandingkan dengan pengolahan sumber energi konvensional lain merupakan potensi keuntungan yang dapat diperoleh. Penggunaan tenaga nuklir mengedepankan pengolahan tersistematis agar meminimalisir potensi risiko kebocoran.[19] Sistem keselamatan komprehensif mencakup (keselamatan melekat, redundansi, hambatan ganda, prosedur operasi terstandarisasi, dan antar muka manusia serta mekanisasi industri). Potensi tenaga nuklir yang besar dalam menghasilkan energi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik masyarakat Indonesia, dihadapkan pula dengan risiko kebocoran ataupun kecelakaan dari pengolahan industri nuklir tersebut. Walaupun memang secara risiko pengolahan tenaga nuklir memiliki kecenderungan yang lebih tinggi tapi dengan adanya pengolahan yang tepat diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan tenaga nuklir.
E. Tantangan dalam membangun pembangkit listrik tenaga Nuklir di Indonesia
Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan akibat dari penerapan penggunaan teknologi nuklir untuk pembangkit listrik, selanjutnya disebut sebagai tantangan saja. Tantangan yang ada antara lain:
Pertama, tantangan utama dari pendayagunaan tenaga nuklir untuk berbagai upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat, khususnya pembangkit listrik lebih didasarkan pacta persepsi politik atas keberadaan bahan nuklir dan limbah yang dihasilkannya. Persepsi yang berkembang bahwa nuklir merupakan sesuatu yang sangat membahayakan masyarakat dan sesuatu yang sangat sulit dikendalikan. Oleh karenanya, tantangan utama adalah memberikan pemahaman dan kesadaran semua pihak untuk menerima teknologi nuklir secara obyektif dan rasional.
Kedua. media massa baik cetak maupun elektronik belum terpola secara maksimal untuk mendayagunakan berbagai potensi bangsa dan mencegah berbagai kerawanan yang mengintai bangsa. Kendatipun hal itu bukanlah suatu kesalahan, akan tetapi bisa mengurangi atau mungkin menyulitkan upaya sosialisasi pemahaman yang benar atas penggunaan energi nuklir untuk berbagai kepentingan masyarakat. Masih cukup banyak di antara kita yang sangat mudah berbicara tanpa perlu didukung dengan data yang cukup, apalagi akurat. Dan kalau itu yang dimengerti dan dipercayai masyarakat, berarti telah terjadi pembiasan dari kebutuhan obyektifnya.
Ketiga, kemungkinan pengaruh negatif pada operasi rutin. Operasi reaktor nuklir selalu melibatkan bahan-bahan radioaktif yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Uranium sebagai bahan bakar reaktor nuklir mempunyai dosis radioaktif yang cukup tinggi, apalagi setelah digunakan untuk beberapa waktu lamanya. Beberapa pecahan hasil fisi termal dari U-235 mempunyai dosis radioaktif yang bervariasi. Isotop-isotop dengan half-life yang pendek sangat radioaktif, tetapi berlangsung relatif singkat. Sebagai contoh, Xenon-135 dengan half-life di bawah 10 jam, akan meluruh dengan sangat cepat. Setelah sepuluh half-life, hanya ada sekitar seperseribu substansi radioaktif yang tertinggal. Akan tetapi, Cesium-135 dengan half-life 2,6 3 1000.000 tahun, akan berlangsung sangat lama meskipun substansi tersebut mempunya dosis radioaktif yang relati f rend ah. Demikian juga Iodine merupakan substansi yang sangat berbahaya, terutama kalau mengena manusia akan menyebabkan penyakit Kanker Thyroid. Oleh karena itu, ketidaksempurnaan sistem dan kelengahan operasi reaktor nuklir akan menyebabkan kebocoran-kebocoran substansi-substansi radioaktif yang sangat membahayakan kesehatan manusia.
Keempat, kecelakaan yang serius. Dibandingkan dengan pusat-pusat pembangkit listrik berskala besar lainnya, PLTN juga mempunyai kelebihan akan kebersihan dan tidak terpolusi, dengan catatan jika dibuat dengan standar sempurna dan beroperasi dengan normal. Akan tetapi, jika terjadi kecelakaan yang serius, maka dapat dibayangkan kerusakan yang terjadi akibat muntahnya substansi-substansi radioaktif ke udara. Sebagai contoh kecelakaan reaktor nuklir di Chernobyl (Uni Sovyet) menyebabkan 29 orang meninggal karena paparan radiasi dan 2 orang lagi karena luka bakar. Beberapa ratus orang menerima dosis radiasi tinggi, dan lebih dari 100.000 orang telah dievakuasi karena daerahnya terkontaminasi radioaktif. Demikian juga kecelakaan yang terjadi pada tanggal 28 Maret 1979 di Three Mile Island Amerika Serikat telah menyebabkan kerugian yang tidak sedikit. Paling tidak lebih 130.000 orang harus menyingkir dari tempat tinggalnya karena terkontaminasi oleh bahan-bahan radioaktif (Oliver S Owen, 1985:603). Namun demikian, harus dipahami bahwa hampir tidak ada kegiatan manusia, terutama dalam mengusahakan energi, yang secara total tidak mengandung risiko.
Oleh karena itu, risiko pada PLTN ini harus dibandingkan dengan risiko pada pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar fosil, yaitu mulai dari ekstraksi bahan mentah sampai pembuangan limbahnya, meliputi penambangan uranium dan batu bara, transportasinya, fisi uranium dan pembakaran batu bara, serta emisi dari batu bara dan pembuangan limbah nuklir. Sebagai bahan perbandingan, beberapa waktu yang lalu terjadi kebocoran gas di Uni Sovyet yang telah menyebabkan ledakan dan kebakaran serta menelan ratusan orang tewas. Demikian juga platform minyak di laut utara meledak dan membunuh 165 orang. Ledakan di tambang batu bara di Republik Federal Jerman membunuh 57 orang. Kebakaran di tambang batu bara di Yugoslavia baru-baru ini menuntut 100 nyawa. Kecelakaan terburuk bendungan air pada tahun 1979 di Morvi, India telah menyebabkan 15.000 orang tewas ketika bendungan itu jebol (Hans Blix, 1989:10). Dari kenyataan ini dapatlah dimengerti bahwa produksi energi dengan cara apapun tetap mengandung risiko kecelakaan.
Kelima, pemanfaatan uranium dan plutonium menjadi senjata nuklir. Kekhawatiran masyarakat dunia terhadap tenaga nuklir terutama diakibatkan oleh penggunaan nuklir untuk senjata-senjata pemusnah. Bom atom yang diledakkan di Nagasaki dan Hiroshima Jepang merupakan contoh kedahsyatan dan kekejaman energi nuklir sebagai pemusnah. Born atom Hiroshima menggunakan U-235 sebagai bahan fissi, sedangkan bom atom Nagasaki menggunakan plutonium 239. Setiap bom mempunyai daya ledak sekitar 20.000 ton TNT (20 Kt). Gelombang ledakan menghancurkan dinding batu bata Pada tempat sejauh 1,5 km dari pusat ledakan. Kerusakan yang agak menengah terjadi sampai pada suatu tempat sejauh 3,5 km dan telah membunuh lebih 70.000 orang (Joenoes Alim, 1988:168).
Namun demikian, perluasan penggunaan senjata nuklir oleh beberapa negara adi kuasa saat ini makin berkurang, terutama sejak persetujuan SALT I antara Amerika dengan Uni Sovyet. Mereka sadar bahwa perlombaan senjata nuklir hanya akan saling menghancurkan. Di samping itu, Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) telah menciptakan sistem penjagaan (safaguard) dengan cara inspeksi ke tempat-tempat pengembangan energi nuklir, untuk memastikan bahwa tenaga nuklir yang dikembangkan tidak digunakan untuk maksud maksud militer, terutama di negara-negara berkembang yang memperoleh bantuan IAEA dalam mengembangkan energi nuklir.
Keenam, Limbah Nuklir. Penggunaan tenaga nuklir ditentang oleh banyak orang karena ketakutan terhadap limbah nuklir. Di banyak tempat orang memprotes rencana penyimpanan limbah tingkat tinggi di daerahnya. Ketakutan mereka bahwa limbah tidak dapat dibuang secara layak tidaklah beralasan. Bila limbah dari industri lain dibuang dengan cara yang aman seperti halnya limbah nuklir, dunia akan tampak lebih baik.
Di samping kelemahannya karena bersifat radioaktif, limbah nuklir mempunyai beberapa keuntungan jika dibanding limbah industri lainnya, yaitu: Kuantitas limbah nuklir relatif lebih kecil karena jumlah bahan bakar nuklir (uranium dan plutonium) yang digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik pada skala yang sama jauh lebih sedikit. Limbah nuklir meluruh dengan waktu meskipun ada yang memerlukan waktu relatif lama, terutama Srontium-90 dan Cesium-135. Sebaiknya harus diingat bahwa limbah yang dihasilkan oleh pembakaran batu bara, yaitu logam berat beracun seperti arsen, kadmium, timbal, vanadium dan merkuri, tetap berbahaya selama-lamanya (Hans Blix,1989:11).
Toksisitas dari unsur stabil ini tidak meluruh dengan waktu, tidak seperti toksisitas dari zat radioaktif. Sebagai gambaran, pembangkitan listrik dari nuklir pada tahun 1988 menghasilkan bahan bakar bekas radioaktif sekitar 7000 ton. Apabila jumlah listrik yang sama dibangkitkan dari batu bara, maka akan diperoleh 100.000 ton logam berat beracun, di samping sejumlah besar gas yang diemisikan ke atmosfer, puluhan juta ton sulfur dioksida dan nitrogen oksida serta 1700 juta ton karbon dioksida.
KESIMPULAN
Energi Nuklir adalah energi yang tercipta dari reaksi anatarpartikel di dalam inti atom. Sumber energinya berasal dari energi ikat pada partikel bebas.
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit listrik termal yang menggunakan bahan bakar nuklir (uranium) untuk membangkitkan energi. Energi yang dihasilkan oleh reaksi fisi di dalam reaktor nuklir berubah menjadi panas dan air berubah menjadi uap panas dan kemudian diambil tenaganya untuk memutar turbin yang selanjutnya membangkitkan tenaga listrik.
Perbandingan Sumber Energi Listrik Nuklir dan Sumber Energi lainnya yaitu berbeda dari segi efek nya terhadap lingkungan, kepadatan energi, Emisi nya, dan bahan bakarnya.
Potensi pemanfaatan Energi Nuklir di Indonesia sangatlah besar karena kita sudah punya sumber daya alam yang dibutuhkan untuk membangunnya.
Tantangan dalam membangun pembangkit listrik tenaga Nuklir di Indonesia ada banyak tapi semuanya mempunyai solusi yang bisa dikembangkan untuk selanjutnya diselesaikan, pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di Indonesia tidaklah mustahil.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Edy Supriyadi. (1994). Pusat Listrik Tenaga Nuklir : Energi dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan. Cakrawala Pendidikan. Vol. XIII. Halaman 141.
[2] Tjipta Suhaemi. (2016). Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Menopang Kebutuhan Eenergi Listrik Nasional. Seminar Nasional Teknoka_FT Uhamka. Hal. 162
[3] Bijah Subianto. (2004) Pemanfaatan Energi Nuklir Untuk Pembangkit Listrik : Tinjauan dari Perspektif Intelijen. Prosiding seminar Teknologi Pengamanan Bahan Nuklir ke-5. Halaman 1.
[4] Papiewski, John. "The Differences Between Nuclear Power & Fossil Fuel-Burning Power Plants" sciencing.com, https://sciencing.com/differences-between-nuclear-power-fossil-fuelburning-power-plants-21387.html. 11 December 2021.
[5] Ismawati Septiningsih, dkk. Peluang dan Tantangan: Pemanfaatan Potensi Tenaga Nuklir Berbasis Smart Electricity Guna Memaksimalkan Penggunaan Energi Baru Terbarukan Sebagai Upaya Mewujudkan Kedaulatan Energi di Indonesia. Prosiding seminar nasional riset teknologi terapan. Hal 4.